Beranda | Artikel
Menuntut Ilmu Syari
Rabu, 31 Agustus 2022

MENUNTUT ILMU SYAR’I

Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wata’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah salallahu’alaihi wa salam, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:

Di antara bentuk ibadah yang paling utama dan ketaatan yang paling agung yang dianjurkan oleh syara’ adalah menuntut ilmu syara’. Dan maksud ilmu syara’ ini adalah ilmu yang membahas tentang kitab Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam.

قال الله تعالى: قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. [Az-Zumar/39: 9]

قال تعالى: شَهِدَ اللّهُ أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُواْ الْعِلْمِ قَآئِمَاً بِالْقِسْطِ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Ali Imron/3: 18]

قال تعالى: يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Al-Mujadilah/58: 11].

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda:

من يُرِدِ الله به خيرا يُفَقِّهْهُ في الدين

Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah maka dia akan diberikan kepahaman di dalam agama”.[1]

Sebagian ahlul ilmi berkata: Orang yang tidak memahami agama maka tidak dikehendaki kebaikan baginya”.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam kitab sunannya dari Abi Darda’ bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memberikannya jalan menuju ke surga, sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya karena merasa redha terhadap penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang memililki ilmu dimintakan ampun oleh penghuni langit dan penghuni bumi bahkan ikan-ikan di dalam lautan, sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah seperti kelebihan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang, sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi dan para nabi tidak mewriskan uang dinar atau dirham, mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya berarti dia telah mendapatkan bagian yang besar”.[2]

Al-Auza’i berkata: Orang yang dianggap manusia menurut kami adalah para ulama, dan orang selain mereka tidak ada artinya”. Dan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimhullah berkata: Kebutuhan manusia kepada ilmu syara’ lebih besar dari kebutuhan mereka terhadap makanan dan minuman”.

Di antara keutmaan ilmu ini adalah mengalirnya pahala ilmu tersebut sekalipun orang yang memilikinya telah meninggal dunia. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda:

إِذَا مَاتَ ابنُ آدم انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Apabila anak Adam telah meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang selalu mendoakannya”.[3]

Di antara keutamaan orang yang berilmu adalah orang yang berilmulah yang akan tetap komitmen tegak dalam  hukum Allah sampai hari kiamat tiba. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda:

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي قَائِمَةً بِأَمْرِ اللَّهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ أَوْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ عَلَى النَّاسِ

Akan senantiasa tagak dalam agama Allah, tidak akan memudharatkan mereka orang yang melawan mereka atau menyelisihi mereka sehingga datang perkara Allah dan mereka akan ditinggikan di hadapan manusia”.[4]

Diriwayatkan bahwa Imam Ahmad bin Hanbal bahwa dia berkata tentang kelompok ini: Kalau bukan ahli hadits maka aku tidak mengetahui siapa mereka”.

Di antara keutamaan ilmu syara’ adalah bahwa dia sebagai petunjuk pada jalan mengarah ke surga. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memberikannya jalan menuju ke surga”. HR. Msulim no: 2699.

Di antara keutamaan orang yang berilmu adalah bahwa mereka sebagai pelita yang dijadiakan petunjuk oleh manusia dalam perkara agama dan dunia. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Sa’id Al-Khudri radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda:

كانَ فِيمَن كانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وتِسْعِينَ نَفْسًا، فَسَأَلَ عن أعْلَمِ أهْلِ الأرْضِ فَدُلَّ علَى راهِبٍ، فأتاهُ فقالَ: إنَّه قَتَلَ تِسْعَةً وتِسْعِينَ نَفْسًا، فَهلْ له مِن تَوْبَةٍ؟ فقالَ: لا، فَقَتَلَهُ، فَكَمَّلَ به مِئَةً، ثُمَّ سَأَلَ عن أعْلَمِ أهْلِ الأرْضِ فَدُلَّ علَى رَجُلٍ عالِمٍ، فقالَ: إنَّه قَتَلَ مِئَةَ نَفْسٍ، فَهلْ له مِن تَوْبَةٍ؟ فقالَ: نَعَمْ، ومَن يَحُولُ بيْنَهُ وبيْنَ التَّوْبَةِ؟

erjadi pada kaum sebelum kalian bahwa seorang lelaki telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, lalu lelaki tersebut bertanya tentang orang yang paling berlimu di dunia ini, lalu ditunjukkan baginya seorang rahib yang ahli ibadah, dan lelaki itupun mendatangi rahib tersebut dan berkata kepadanya bahwa dia telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa dan bertanya kepadanya apakah dia memiliki kesempatan untuk bertaubat?. Maka rahib tersebut menjawab: Tidak. Lalu dia membunuh rahib tersebut, sehingga dirinya telah membunuh sertaus jiwa. Kemudian dia kembali bertanya tentang penghuni bumi yang paling berilmu, maka ditunjukkan baginya seorang lelaki yang berilmu dan orang itu bercerita bahwa dia telah membunuh seratus jiwa apakan taubatanya akan diterima?. Orang alim tersebut berkata: Ya, siapakah yang menghalangi dirinya dari bertaubat?.[5]

Dia antara keutamaan orang yang berilmu adalah sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menghunjamkan bagi ahli ilmu yang rabbani rasa takut dan cinta serta rasa hormat di dalam hati manusia. Engkau melihat bahwa manusia memuji mereka dan seluruh hati sepakat untuk menghormati dan menghargai mereka. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قال تعالى: إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang”. [Maryam/19: 96].

Di antara kelebihan ilmu syara’ adalah bahwa menuntut ilmu syara’ lebih baik dari harta di dunia. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari hadits riwayat Uqbah bin Amir radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam keluar sementara kami berada di Shuffah (sebuah ruangan di samping mesjid) dan beliau bersabda:

أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ فَيَأْتِيَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِي غَيْرِ إِثْمٍ وَلَا قَطْعِ رَحِمٍ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ نُحِبُّ ذَلِكَ قَالَ أَفَلَا يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمُ أَوْ يَقْرَأُ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ وَثَلَاثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلَاثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنْ الْإِبِلِ

Siapakah di antara kalian yang senang untuk pergi pada waktu pagi ke Bathan atau ke Aqiq dan dia datang kembali darinya dengan membawa dua ekor onta yang gemuk tanpa membawa dosa dan memutus silaturrahmi?. Maka kami berkata: Wahai Rasulullah kami menyenangi hal tersebut. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Apakah salah seorang di antra kalian tidak segera pergi ke mesjid lalu dia mempelajari atau membaca dua ayat dari kitab Allah Azza wa Jalla lebih baik dari dua ekor unta, dan tiga ayat lebih baik dari tiga ekor onta, dan empat ayat lebih baik dari empat ekor dan jumlah ayat yang sama dengan jumlah onta”.[6]

Dan media untuk menuntut ilmu itu banyak sekali, seperti menghadiri majlis ilmu para ulama dan para syekh, mendengarkan muhadharah, ceramah di mesjid, membaca buku-buku yang bermanfaat, bertanya kepada orang yang berilmu tentang perkara yang sulit dan menghafal kitab Allah dan itulah ilmu yang paling besar.

Dan Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam memberitahukan bahwa di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah diangkatnya ilmu syara’, kebodohan merajalela. Di dalam Al-Shahihaini dari Abdullah bin Amru bin Ash radhaiallahu anhuma bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda:

إِنَّ الله لا يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعَاً يَنْتَزِعُهُ من العِبادِ ولَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ حتَّى إذا لَمْ يُبْقِ عَالِمٌ اتَّخَذَ الناس رؤسَاً جُهَّالاً ، فَسُئِلوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak akan mencabut ilmu itu dengan mengambilnya secara langsung dari para hamba akan tetapi Allah mencabut ilmu itu dengan mencabut nyawa para ulama sehingga saat tidak ada seorangpun yang berilmu maka manusia akan memilih peminpin yang bodoh, lalu mereka ditanya lalu mereka memberi fatwa yang salah, maka mereka sesat dan menyesatkan.[7]

Dan Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam berlindung kepada Allah subhanahu wata’alla dari ilmu yang tidak bermanfaat:

اللهم إني أعوذ بك من الأربع من علم لا ينفع ومن قلب لا يخشع ومن نفس لا تشبع ومن دعاء لا يسمع 

“Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari empat perkara: Ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, jiwa yang tidak puas dan do’a yang tidak didengar”.[8]

Dan wajib bagi orang yang menuntut ilmu untuk mengikhlaskan niatnya semata-mata karena Allah subhanahu wata’alla, bukan untuk mencari jabatan, harta atau kepentingan dunia lainnya. Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam kitab sunannya dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Barangsiapa yang menuntut ilmu yang semestinya harus dilaksanakan dengan ikhlas semata-mata karena Allah Azza Wa Jalla, namun dia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapat keutungan duniawi maka sungguh dia tidak akan mendapat bau surga pada hari kiamat”.[9]

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Musa Al-Asya’ari radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ، كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ، أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتِ الْكَلأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً، وَلاَ تَنْبتُ كَلأَ، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقِهَ فِي دِينِ اللهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللهُ بِهِ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ

Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku bawa sama seperti hujan yang deras yang menimpa suatu belahan bumi, di antara bumi itu ada yang bersih menerima air sehingga menumbuhkan berbagai tumbuhan dan rerumputan yang banyak, dan ada bagian bumi yang gersang yang menahan air maka Allah memberikan manfaat bagi manusia di mana mereka minum darinya, menyirami sawah dan bercocok tanam dengannya, di antara air itu ada yang menimpa bagian bumi yang lain, dia adalah bagian bumi yang lapang yang tidak menahan air dan tidak pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, maka itulah perumpamaan orang yang faham terhadap agama Allah dan Allah memberikan manfaat baginya dengan petunjuk yang aku bawa dari Allah, dia mengetahui ilmu tersebut lalu mengajarkannya kepada orang lain, dan begitu pula perumpamaan orang yang tidak menghiraukan petunjuk tersebut dan tidak menerima petunjuk yang aku bawa”.[10]

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

[Disalin dari طلب العلم الشرعي   Penulis Syaikh Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi , Penerjemah : Muzaffar Sahidu, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2010 – 1431]
______
Footnote
[1] Al-Bukhari no: 71 dan Muslim no: 1037
[2] HR. Abu Dawud: no: 3641
[3] HR. Bukhari no: 1631
[4] Shahih Muslim: no: 1037 dan shahih Bukhari no: 3641
[5] Shahih Muslim no: 2766 dan shahih Bukhari no: 3470
[6] HR. Muslim no: 803
[7] Al-Bukhari no: 100 dan Muslim no: 2673
[8] Al-Nasa’i no: 5467
[9] HR. Abu Dawud no: 3664
[10] Al-Bukhari no: 79 dan Muslim no: 2282


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/60785-menuntut-ilmu-syari.html